Selasa, 05 Maret 2013

Miracle Journey, review Dion Yulianto di Blog Baca Biar Beken

seseorang dilahirkan ke dunia ini dengan sengenggam kebaikan dan setitik ketidakbaikan.” (hlm 116)

Kitta Kafadaru adalah sosok istimewa dari pelosok timur Indonesia yang terkenal dengan budaya sabananya. Kita mungkin lebih mengenal kawasan ini dengan Komodo-nya, tapi keajaiban cerita itu juga ada di sana. Setelah Mata Air Air Mata Kumari, Yudhi Herwibowo kembali mengangkat keajaiban kawasan Nusa Tenggara Timur lewat novel tipis namun sarat makna ini. Sebuah novel perjalanan yang di masa kini lebih dikenal dengan travelling atau backpacker, penulis mencoba mengingatkan pembaca akan romansa para pengelana dan petualangan yang sempat menjadi tren di zaman kuno. Kali ini, perjalanan itu juga dipenuhi dengan keajaiban selayaknya cerita-cerita di zaman kuno.

Alkisah, di desa terpencil bernama Kofa, hiduplah seorang pemuda bungkuk dengan keajaiban di tangannya. Ia bernama Kitta Kafadaru. Tangannya bisa mengeluarkan cahaya dan siapapun yang sakit dan disentuh dengan cahaya itu, maka akan sembuhlah ia. Sayangnya, keistimewaan ini malah membuat Kiffa merasa teralienasi dan kesepian. Walaupun semua orang di desa menhormatinya, ia merasa tidak bisa menyatu dengan mereka justru karena kelebihan yang ia miliki. Dengan tekad bulat, Kiffa pun melakukan perjalanan seorang diri, bertekad mencari jawab tentang keberadaannya di dunia ini.

Bakat menyembuhkan yang selama ini ia gunakan kemudian berusaha ia sembunyikan selama diperjalanan. Sekuat tenaga, Kitta berupaya menjadi orang normal yang tidak memiliki kekuatan ajaib pada tangannya. Perjumpaannya dengan seorang pria bijak tuabernam Ame Tua membuatnya mengambil kesimpulan untuk hanya menyembuhkan tiga orang saja selama perjalanan tersebut sebelum bakatnya hilang selamanya. Dan, begitulah, dalam perjalanannya menjelajahi satu pulau besar di NTT, ia bertemu dengan banyak orang, dan juga banyak keajaiban. Pertama, ia menyembuhkan seorang pengelana, lalu bocah berkulit merah, dan terakhir gadis bisu. Ketiganya sakit dan tersakiti, sekaligus menjadi korban dari syak prasangka lingkungan di sekitarnya.

Setelah ketiganya, Kitta memutuskan untuk menyudahi tugasnya dalam menyembuhkan orang. Sekuat tenaga ia berupaya mengingkari kelebihan dan bakatnya. Tapi, sebuah peristiwa memilukan di desa pinggir lautan berhasil menggugah jiwanya. Pada akhirnya, Kitta kembali pada takdirnya. Perjalanan jauh nan ajaib itu telah menyembuhkan luka sang penyembuh. Sungguh cerita yang indah sekaligus ajaib.

Membaca novel Miracle Journey, kita akan dibawa ke tempat yang begitu jarang disinggung atau dibayangkan dalam setting Indonesia awal abad ke 21, yakni Nusa Tenggara Timur. Dari kawasan padang stepa dan sabana nan kering, penulis berhasil menyulapnya menjadi pulau yang eksotis dan menakjubkan. Tidak ada lain yang bisa dilihat dari pulau kering itu kecuali sebuah kawasan yang penuh keajaiban, dengan orang-orang dan budayanya nan khas. Detail dan deskripsinya begitu vivid dan akurat, seolah-olah kita benar-benar menyertai perjalanan Kitta dalam menembus hutan dan padang sabana. Selain itu, ceritanya pun luar biasa. Sebuah perjalanan penuh keajaiban tentang memenuhi takdir dan menjalani kehidupan, itulah makna dari sebuah miracle journey.


http://www.goodreads.com/review/show/514231972?auto_login_attempted=true

Tidak ada komentar:

Posting Komentar