seseorang dilahirkan ke dunia ini dengan sengenggam kebaikan dan setitik ketidakbaikan.” (hlm 116)
Kitta Kafadaru adalah sosok istimewa dari pelosok timur Indonesia yang
terkenal dengan budaya sabananya. Kita mungkin lebih mengenal kawasan
ini dengan Komodo-nya, tapi keajaiban cerita itu juga ada di sana.
Setelah Mata Air Air Mata Kumari, Yudhi Herwibowo kembali mengangkat
keajaiban kawasan Nusa Tenggara Timur lewat novel tipis namun sarat
makna ini. Sebuah novel perjalanan yang di masa kini lebih dikenal
dengan travelling atau backpacker, penulis mencoba mengingatkan pembaca
akan romansa para pengelana dan petualangan yang sempat menjadi tren di
zaman kuno. Kali ini, perjalanan itu juga dipenuhi dengan keajaiban
selayaknya cerita-cerita di zaman kuno.
Alkisah, di desa
terpencil bernama Kofa, hiduplah seorang pemuda bungkuk dengan keajaiban
di tangannya. Ia bernama Kitta Kafadaru. Tangannya bisa mengeluarkan
cahaya dan siapapun yang sakit dan disentuh dengan cahaya itu, maka akan
sembuhlah ia. Sayangnya, keistimewaan ini malah membuat Kiffa merasa
teralienasi dan kesepian. Walaupun semua orang di desa menhormatinya, ia
merasa tidak bisa menyatu dengan mereka justru karena kelebihan yang ia
miliki. Dengan tekad bulat, Kiffa pun melakukan perjalanan seorang
diri, bertekad mencari jawab tentang keberadaannya di dunia ini.
Bakat menyembuhkan yang selama ini ia gunakan kemudian berusaha ia
sembunyikan selama diperjalanan. Sekuat tenaga, Kitta berupaya menjadi
orang normal yang tidak memiliki kekuatan ajaib pada tangannya.
Perjumpaannya dengan seorang pria bijak tuabernam Ame Tua membuatnya
mengambil kesimpulan untuk hanya menyembuhkan tiga orang saja selama
perjalanan tersebut sebelum bakatnya hilang selamanya. Dan, begitulah,
dalam perjalanannya menjelajahi satu pulau besar di NTT, ia bertemu
dengan banyak orang, dan juga banyak keajaiban. Pertama, ia menyembuhkan
seorang pengelana, lalu bocah berkulit merah, dan terakhir gadis bisu.
Ketiganya sakit dan tersakiti, sekaligus menjadi korban dari syak
prasangka lingkungan di sekitarnya.
Setelah ketiganya, Kitta
memutuskan untuk menyudahi tugasnya dalam menyembuhkan orang. Sekuat
tenaga ia berupaya mengingkari kelebihan dan bakatnya. Tapi, sebuah
peristiwa memilukan di desa pinggir lautan berhasil menggugah jiwanya.
Pada akhirnya, Kitta kembali pada takdirnya. Perjalanan jauh nan ajaib
itu telah menyembuhkan luka sang penyembuh. Sungguh cerita yang indah
sekaligus ajaib.
Membaca novel Miracle Journey, kita akan dibawa
ke tempat yang begitu jarang disinggung atau dibayangkan dalam setting
Indonesia awal abad ke 21, yakni Nusa Tenggara Timur. Dari kawasan
padang stepa dan sabana nan kering, penulis berhasil menyulapnya menjadi
pulau yang eksotis dan menakjubkan. Tidak ada lain yang bisa dilihat
dari pulau kering itu kecuali sebuah kawasan yang penuh keajaiban,
dengan orang-orang dan budayanya nan khas. Detail dan deskripsinya
begitu vivid dan akurat, seolah-olah kita benar-benar menyertai
perjalanan Kitta dalam menembus hutan dan padang sabana. Selain itu,
ceritanya pun luar biasa. Sebuah perjalanan penuh keajaiban tentang
memenuhi takdir dan menjalani kehidupan, itulah makna dari sebuah
miracle journey.
http://www.goodreads.com/review/show/514231972?auto_login_attempted=true
Tidak ada komentar:
Posting Komentar