Sebuah kisah lanjutan dari cerpen Kofa, dan
Kisah sebelum novel Perjalanan Menuju Cahaya
Rasanya lega sekali saat naskah yang telah terkonsep sekian lama
akhirnya dapat juga diselesaikan. Simpul-simpul yang mulai saya rancang
sejak tahun 2007, dan sempat tak tahu akan diikatkan kemana, akhirnya
bertemu satu demi satu. Terangkai seakan-akan tercipta begitu saja. Ini
benar-benar menyenangkan.
Dulu selepas novel Perjalanan Menuju Cahaya dirilis, saya memang berniat menulis sebuah novel perjalanan lagi. Awalnya saya berencana memberi judul Miracle Joerney, lalu menggantinya lagi dengan judul Kitta Kafadaru, lalu saya ganti lagi dengan Perjalanan Penuh Keajaibab. Namun pada akhirnya saya memutuskan untuk kembali memakai judul Miracle Joerney. Sebenarnya saya ingin judulnya Perjalanan Penuh Keajaiban karena novel ini bernuansa
lokal, seting novel ini yang penuh dengan nilai lokal. Namun entah mengapa judul Miracle Joerney sepertinya lebih mudah diingat.
Novel Perjalanan Menuju Cahaya sendiri merupakan novel
pemenang ketiga sayembara Penerbit Andi (tanpa ada juara satu dan dua).
Di pasaran buku ini jeblog dengan sukses. Dan menjadi buku saya yang
paling tidak laku… :(
Namun sampai sekarang saya sangat suka konsep buku itu. Maka itulah saya kembali mengulangnya kali ini.
Konsep novel Perjalanan Penuh Keajaiban memang sama persis seperti Perjalanan Menuju Cahaya,
menggabungkan beberapa cerpen bertema nusa tenggara timur dalam satu
kerangka cerita. Teknik menulisnya pun standar saja dengan sudut pandang
orang ketiga, namun diselingi dengan cerita berbingkai, saat sang tokoh
pembantu bercerita.
Ada 6 cerpen saya yang saya angkat di novel ini. Kofa, Lelaki
dengan Elang yang Melayang di Atas Kepalanya, Perempuan yang
Bersenandung Aneh di Hutan Mati, Perempuan yang Merindu Air Bah, Sang Penabur Pasir-Sang Pemanggil Hujan dan Bayi yang Terlahir Sebagai Iblis.
Bila Perjalanan Menuju Cahaya merupakan perjalanan Duara
Dethan dari Larantuka ke arah timur sampai ke Pulau Timor, untuk
membuktikan cerita-cerita ajaib kakeknya, Opa Mora, dalam Perjalanan Penuh Keajaiban
sosok Kitta Kafadaru melakukan perjalanan dari Larantuka ke arah timur
hingga di Pulau Rinca. Setingnya beberapa puluh tahun dari kejadian
sekarang. Saya sengaja tak menyebutkannya dengan jelas.
Sekedar untuk mengingatkan, dalam cerpen Kofa (yang pernah dimuat di buletin sastra Pawon dan terkumpul dalam kumcer Mata Air Air Mata Kumari),
sosok Kitta Kafadaru tinggal di sebuah desa subur bernama Kofa, yang
sangat berbeda dari desa-desa di sekitarnya yang gersang. Ia dilahirkan
sengan cacat yang ada pada tubuhnya. Ia bungkuk, dan kepalanya sedikit
lebih besar dari kepala orang normal lainnya. Namun ia diciptakan dengan
cahaya di tangannya, sehingga ia dapat menyembuhkan penyakit yang
diderita tubuh seseorang. Diceritakan pula sosok Kitta Kafadaru kemudian
jatuh cinta pada seorang gadis yang baru saja disembuhkan dari luka
bakar di wajahnya. Namun perempuan itu menolak dirinya. Kitta Kafadaru
merasa perempuan itu menolak karena dirinya yang cacat. Maka itulah ia
kemudian mencoba menyembuhkan punuk di punggungnya dengan tangannya
sendiri. Seiring dengan upayanya itu, Kofa tiba-tiba berubah, hujan debu
menggantikan hujan air yang seharusnya datang…
Buku Miracle Joerney adalah kisah setelah kejadian itu…
*****
buku ini selesai di hari-hari akhir terbitnya novel ke28 saya, Untung Surapati, sebuah novel sejarah, juga berdekatan dengan lahirnya Malika Qaira Naurasyifa Herza Efendi, keponakanku… ;D
Bagi yang belum membaca Perjalanan Menuju Cahaya bisa membelinya di toko online ini: http://www.bukukita.com/Cerita-Fiksi/Petualangan/65023-PERJALANAN-MENUJU-CAHAYA–.html