Rabu, 06 Februari 2013

Miracle Journey, review Truly Rudiono di blog REVIEW

Penulis: Yudhi Herwibowo
ISBN: 978-602-02-0379-9
Halaman: 174
Penerbit: Elex Media Komputindo
Harga: Rp 32.800

Tiga
Hanya tiga kebaikan
Tidak lebih
Lalu  aku akan melanjutkan hidupku sebagai manusia biasa

Sering kali kita merasakan sesuatu yang tidak kita inginkan justru menurut orang adalah anugrah. Tapi sejauh apapun kita mengingkari,  pada akhirnya kita harus berkompromi dengan "Anugrah" yang kita peroleh. Begitu juga dengan sosok  Kitta Kafadaru yang memiliki kemampuan menyembuhkan.

Kitta Kafadaru lahir dengan kondisi fisik yang kurang sempurna. Ada semacam punuk di bahunya, mirip tokoh  sejenis dalam kisah Si Cantik dari Notre Dame. Beberapa bagian kisah dalam buku ini akan menyeret kita pada kenangan akan para tokoh fantasi saat kecil dahulu.

Kisahnya dimulai dengan cerita seputar kelahiran tokoh utama kita, Kitta Kafadaru.  Dimulai dengan saat kelahiran Kitta Kafadaru berbarengan dengan awal hujan debu. Banyak kejadian aneh lainnya, tapi yang paling menakjubkan adalah adanya empat danau yang tedapat di empat penjuru desa. Ia merupakan anak pertama yang sangat didambakan oleh pasangan Todatius & Tipaina Kafadaru. 

Semula tidak ada yang memperhatikan mengenai kondisi tubuhnya yang berbeda. Walau bagaimana kondisi tubuhnya, kehadirannya merupakan anugrah bagi keluarga yang sudah sekian lama mendambakan suara tangis bayi.

Sebaga pemuda, Kitta Kafadaru juga mengalami jatuh cita. Saat menyembuhkan seorang gadis yang wajahnya mengalami luka bakar, ia mulai merasakan jatuh cinta. Pernyataan  cintanya mengalami penolakan. Saya sempat berempati dengan situasi ini, namun dengan cerdiknya Mas Yudhi membuat penolakan itu justru menjadi menarik dan manusia.

Pertemuan dengan Seorang Ame Tua membuat arti baru dalam kehidupan Kitta Kafadaru. Ia memutuskan untuk hanya melakukan tiga kebaikan lalu kembali menjalani kehidupan layaknya manusia normal. Hanya tidak tidak lebih.

Tiga kebaikan tersebut diuraikan dengan manis dan penuh makna kehidupan dalam buku ini.
Untuk mengetahui peristiwa apa saya yang terkait dengan tiga kebaikan tersebut silahkan disimak kisahnya  dalam buku ini. Dibeli dan dibaca yahhhhhh^_^

Secara garis besar. buku ini menarik. Untaian kalimat sastra perpadu dengan plot ala fantasi sunggguh memukai.  Latar belakang daerah NTT membuat buku ini mengusung sesuatu yang unik. Belum lagi beberapa ungkapan misteri menjadi bumbu penyedap, misalnya mengnai sosok Amer Tua yang tidak memiliki bayangan.



Pembaca jangan tersinggung jika ada beberapa kisah yang menyentil kehidupan kita sehari-hari. Sentilan untuk Ordo Buntelan ada di halaman 102.  
Bila engkau sudah selesai membacanya, tinggalkan saja buku itu di tempat terakhir kau menyelesaikannya
Berapa banyak kita mau membagi buku yang tidak kita baca?
Berapa banyak koleksi timbunan kita?
Sementara di sekitar masih banyak yang haus akan bacaan.
Kondisi itu juga yang membuat BBI melakukan kegiatan BBI Berbagi. *tetap promosi*

Saya dan beberapa sahabat sepertinya sependapat mengenai kalimat yang sangat bermakna dalam buku ini, kalimat di halaman 41, "Semua yang diciptakan tentu selalu ada tujuannya....." Segala sesuatu penciptaan atau peristiwa pasti memiliki sisi baik di baliknya. Misteri kehidupan yang harus dijalani dengan legowo.

Kisah dalam buku ini bisa dikatakan sebagai suatu penulisan ulang dari enam kisah yang pernah ditulis Mas Yudhi, yaitu; Kofa; Lelaki dengan Elang yang Melayang di Atas kepalanya; Perempuan yang Bersenandung Aneh di Hutan Mati; Anak Iblis; Perempuan yang Merindukan Air Bah; serta Sang Penabur Pasir, Sang Pemanggil Hujan.

Tergelitik dengan kalimat di halaman 53. "Sambil bicara begitu, Pak Ma menyalakan lampu mintak yang masih diletakan di tempat yang sama sejak dulu...." Hemm walau itu rumah saudaranya tapi bagaimana Pak Ma bisa yakin bahwa dari dahulu bahkan sebelum sang pemilik meninggal, lampu minytak itu sudah diletakan di sana? *Pertanyaan ngak penting nih*

Selain pemilihan huruf yang cukup membuat mata  saya meringis, akan lebih menyenangkan jika Mas Yudhi juga memberikan semacam catatan kaki atau glosarium mengenai beberapa istilah yang dipergunakan dalam buku ini. Memang sudah ada seperti misalnya mengenai  jagung titi di halaman 5. Tapi sapaan seperti  Papae, Mamae dan Ama juga harus disebutkan, mengingat pembaca mungkin saja ada yang tidak memahami artinya walau bisa dipahami dengan mengira-ngira.

Pada awal kisah disebutkan bagaimana sang ayah Kitta Kafadaru membawa istri yang sedang hamil dengan menggunakan mobil pinjaman. Sepanjang kisah, Mas Yudhi membawa kita ke alam liar dimana kendaraan merupakan hal yang langka. Meski ada juga kisah mengenai kapal laut. Sepertinya penulis ingin mengisahkan keindahan alam NTT yang masih alami. 

Konon sudah ada 28 buku fiksi yang ditulis Mas Yudhi, tapi yang disebutkan hanya 21. Hemmm selain ini, apa yang  6 lagi yah, penasaran.

Dari dua buku yang akan segera terbit, Sakura Telawang dan Enigma, saya sangat penasaran dengan Sakura Telawang. Setelah mendapat kehormatan mengintip draf awal kisah, tentunya setelah mengalami revisi kisahnya kian menawan. Minimal mengurangi kata "Pada" di awal kalimat ^_^

Buku yang merupakan hadiah bagi kelahiran keponakan tercinta sungguh layak masuk dalam koleksi pribadi penyayang buku.  Sungguh  beruntung sang ponakan yang mendapatkan hadiah karya sang maestro. Jadi ngiri hikssss.




http://trulyrudiono.blogspot.com/2013/02/miracle-journey-kisah-perjalanan-penuh.html

Tautan 2 Cerpen dari 6 cerpen yang ada di Miracle Journey

Novel Miracle Journey dirangkai dari 6 cerpen saya.

2 cerpen bisa dilihat di LAKONHIDUP.WORDPRESS.COM, blog arsip cerpen2 5 koran nasional.

ANAK IBLIS yang dimuat di SUARA MERDEKA

http://lakonhidup.wordpress.com/2011/03/13/anak-iblis/

SANG PENABUR PASIR SANG PEMANGGIL HUJAN yang dimuat di KORAN TEMPO

http://lakonhidup.wordpress.com/2012/05/09/si-penebar-pasir-si-pemanggil-hujan/

Miracle Journey: Kisah Perjalanan Penuh Keajaiban Kitta Kafadaru, review Tezar Ari Yulianto di Blog Membaca Buku

Judul: Miracle Journey: Kisah Perjalanan Penuh Keajaiban Kitta Kafadaru
Penulis: Yudhi Herwibowo
 Jumlah Halaman: 184
Penerbit: Elex Media Komputindo
ISBN: 9786020203799
Hidup memang penuh misteri. Dan penuh keajaiban. Kitta Kafandaru memiliki cacat tubuh yang membuat dirinya pada awalnya dihina, memiliki punuk di punggungnya. Tetapi cacat tersebut justru tidak membuat sosok Kitta menjadi tak bernilai di masyarakat Kofa, desa tempat ia tinggal di pelosok Larantuka Nusa Tenggara Timur, tapi berkat keajaiban yang ia miliki, dimana tangannya memiliki daya untuk menyembuhkan. Di balik kelemahan ada kelebihan. Pada suatu saat dia jatuh cinta pada gadis yang disembuhkan, tetapi disayangkan, cintanya di tolak. Kecewa dengan penolakan tersebut, Kitta Kafandaru merasa penolakan tersebut diakibatkan keadaan fisiknya yang buruk. Kecewa karena ditolak, Kitta Kafandaru berusaha menyembuhkan dirinya sendiri. Diakemudian berkelana, melarikan diri dari Kofa.

Dalam perjalanan berkelananya tersebut, dia bertemu dengan seorang ame tua, yang menceriatkan sebuah kisah tentang seorang pria pembawa hujan,. Di mana sang pembawa hujan adalah orang yang memiliki keajaiaban mampu membuat hujan dari pasir yang dibawa di tasnya. Namun sang pembawa hujan, dalam kisah si ame tua, memutuskan untuk hidup sebagai diri sendiri dan hanya mau membuat hujan tiga kali saja. Setelah itu dia memutuskan hanya menjadi manusia biasa saja. Berpikir bahwa dirinya memiliki kemiripan, Kitta Kafandaru berkelana sambil berharap dia hanya memiliki tiga kali kekajaiban saja seperti sosok pria pembawa hujan. Dan dalam perkelanaannya saja, dia menemukan tiga orang yang memang membutuhkan keajaiban tangannya tersebut.

 
Kisah Kitta Kafandaru bukalan kisah biasa. Saya membaca Miracle Journey, sebagai kisah yang penuh perenungan akan sebagian jiwa kita. Sifat kita. Pembenaran kita. Serta petualangan kita dalam hidup. Meskipun sosok Kitta Kafandaru hanya ada dalam rangkaian kata fiksi yang ditulis mas Yudhi, sosok jiwa ini memang ada dalam setiap tubuh kita. Kita seringkali mendapatkan celaan dari kekurangan yang kita miliki. Kita seringkali kabur dari rumah di kala menghdapi masalah, dan kita kerap menilai seseorang cuma dari apa yang kita rasakan, tanpa melihat secara jujur.
Tak ada masalah yang terlalu berat, atau yang terlalu ringan. Kalau terlalu berat, tentu kita tak akan bisa menghadapinya, dan bila terlalu ringan, kita takut cenderung meremehkannya. [halaman 37].
Meskipun bahasanya agak berat, saya merasa tertarik untuk mengikuti arah perjalanan Kitta Kafandaru. Seringkali cerita yang dituliskan, menggugah isi psikologis saya. Meskipun kadang saya masih terkaget-kaget dengan bentuk keajaiaban yang dimiliki tokoh-tokoh dalam buku ini, saya masih menikmati rangkaian kata dalam buku ini dengan nyamannya. 

Untuk Miracle Journey, saya beri 4 bintang!
 
 
 
http://kumembaca.blogspot.com/2013/02/miracle-journey-kisah-perjalanan-penuh.html

Miracle Journey; Kisah Perjalanan Penuh Keajaiban Kitta Kafadaru, review bacaanbzee

Judul : Miracle Journey; Kisah Perjalanan Penuh Keajaiban Kitta Kafadaru
Penulis : Yudhi Herwibowo
Penerbit : Elex Media Komputindo
Edisi : Cetakan pertama, 2013
Format : Paperback, 174 halaman

Bagaimana kisah itu bermula?
Mungkin… semua berawal dari hujan debu yang begitu panjang….

Kofa adalah sebuah desa di Nusa Tenggara Timur yang begitu hijau, jika dibandingkan dengan desa sekitarnya yang gersang. Hujan sering sekali turun, dan ada empat mata air yang terus mengalir di keempat penjuru desa. Keajaiban Kofa ini dimulai saat hujan debu beberapa waktu berselang, yang mengubah Kofa menjadi seperti sekarang.
Kitta Kafadaru tinggal di Kofa seumur hidupnya. Hari kelahirannya ditandai dengan hujan debu yang membuat Kofa menjadi indah. Bentuk tubuhnya tidak sempurna—ada punuk di punggungnya, namun dia memiliki keistimewaan. Tangannya memiliki kekuatan penyembuhan. Kitta Kafadaru tak pernah memilih untuk dilahirkan dengan keistimewaan, maupun kekurangan itu. Dia hanya menginginkan hidup ‘normal’ seperti orang lain. Sampai suatu hari, kekecewaan mendorongnya untuk melakukan perjalanan, keluar dari Kofa yang tak pernah ditinggalkannya sejak dia lahir.
Dalam perjalanan itu, Kitta Kafadaru mengalami berbagai kejadian aneh. Namun ada satu hal yang selalu diingatnya dalam perjalanannya itu, yaitu cerita Ame Tua tentang seorang penabur pasir yang bisa menurunkan hujan. Penabur pasir itu sama seperti dirinya, berkelana untuk merasakan hidup ‘normal’, seperti orang biasa. Maka dia hanya menggunakan keistimewaannya tersebut tiga kali saja, untuk hal-hal yang sangat dibutuhkan. Kitta Kafadaru pun berusaha mengikuti jejak sang pemanggil hujan tersebut.

“Ini memang sudah jalan hidupku. Seberapa kuat aku menghindarinya, atau mencoba menepisnya, aku akan tetap kembali ke jalan ini….” (hal.157)

Berkali-kali Kitta Kafadaru mengalami keadaan dimana dia harus menggunakan tangan penyembuhnya. Karena yang dihadapinya adalah orang-orang tak berdosa, orang-orang yang tersakiti, orang-orang yang kesembuhannya dapat mengubah banyak hal, mengubah keadaannya dan manusia di sekitarnya. Hati kecil Kitta Kafadaru mendorongnya untuk melakukannya. Tiga kali saja.
Kemudian bagaimana dengan orang keempat? Akankah Kitta Kafadaru tega meninggalkannya begitu saja, demi tekadnya untuk menjadi manusia biasa, sebagaimana sang pemanggil hujan?

“Namun yang pasti, aku selalu ingat dengan ucapan ayahku, Papae Toda dulu, kalau semua manusia selalu diciptakan dengan segenggam kebaikan, dan setitik ketidakbaikan.” (hal.123)

Sebagaimana subjudul buku ini, kita disuguhkan pada perjalanan yang penuh keajaiban. Baik itu keajaiban yang ditemui oleh Kitta Kafadaru, maupun keajaiban yang selalu dibawanya kemanapun dia pergi. Namun tidak hanya itu, ada yang jauh lebih penting daripada keajaiban, yaitu rasa kemanusiaan kita. Bagaimana kita menghargai kekurangan dan kelebihan diri sendiri, memilih jalan hidup yang kita yakini benar, dan berhenti menghakimi orang lain dari apa yang kita lihat dari luar.
Saya suka cara kisah ini ditulis, meski sulit bagi saya menyelesaikan buku tipis ini dalam dua-tiga kali duduk. Setiap menyelesaikan satu kisah, saya merasa harus berhenti sejenak. Rasanya seperti mengikuti perjalanan Kitta Kafadaru, dan setiap pemberhentian membutuhkan jeda untuk sekadar menarik napas. Sejujurnya, sejak awal membaca sinopsis buku ini, hingga pertengahan buku, saya sudah memiliki asumsi tentang apa yang akan saya temukan di akhir. Akan tetapi ternyata saya salah menebak, dan saya puas karena saya salah. Saya lega dengan apa yang terjadi pada akhir perjalanan Kitta Kafadaru, bahwa hidup itu tak selalu harus sama dengan harapan kita. Bahwa terkadang, apa yang kita yakini benar itu belum tentu benar-benar benar.
4/5 bintang untuk perjalanan penuh cahaya.

Lalu apa yang bisa engkau ceritakan tentang jejak-jejak yang terlihat di jalan setapak, dan pelan-pelan hilang tersapu angin? Sebagai pengingat kita untuk tak lagi melihat ke belakang? (hal.127)

*Novel ini diangkat dari enam buah cerpen oleh penulis. Salah satunya berjudul Kofa, yang pernah saya baca di kumpulan cerpen Mata Air Air Mata Kumari yang telah saya review juga di sini.


http://bacaanbzee.wordpress.com/2013/02/04/miracle-journey/

Miracle Journey, review Pauline Destinugrainy di Desty Baca Buku


Judul : Miracle Journey
Penulis : Yudhi Hewibowo
Halaman : 184
Penerbit : Elex Media Komputerindo


Everything happen for a reason.

Kalimat di atas adalah salah satu prinsip hidup yang saya yakini. Semua terjadi atau tercipta karena ada alasan dan tujuannya. Bukan saja kebaikan yang terjadi dalam hidup, tapi juga kemalangan dan kesialan.
Ternyata Kitta Kafadaru, tokoh yang melakukan perjalanan penuh keajaiban, juga mendapatkan petuah yang sama. Kitta lahir dengan ketidaksempurnaan di tubuhnya. Ada punuk di punggungnya yang membuatnya tidak terliat tegak. Tetapi di balik ketidaksempurnaannya, Kitta memiliki kelebihan. Dia mampu menyembuhkan orang sakit dengan hanya menyentuh mereka.

Kitta lahir di sebuah desa kecil di Nusa Tenggara Timur, desa bernama Kofa. Desa itu dulunya hijau dengan empat mata air yang memberikan air sejuk sumber kehidupan desa itu. Tetapi sejak kepergian Kitta dari desa itu, tidak ada lagi kesuburan di sana. Tanah menjadi gersang, dan mata air tidak lagi memberikan kehidupan bagi masyarakatnya. Kepergian Kitta konon karena sebuah peristiwa yang memalukan.Cintanya ditolak oleh gadis yang telah disembuhkannya. Kitta tahu itu karena punuk di punggungnya. Sayangnya kemampuan Kitta untuk menyembuhkan penyakit tidak berlaku pada dirinya. Mungkin karena itu Kitta jadi malu dan meninggalkan desanya. Kitta tidak menyadari bahwa punuknya bukanlah penyakit.

Perjalanannya lurus ke arah barat membawanya berjumpa dengan beberapa orang. Ketika Kitta berjumpa dengan seorang Ame Tua, Kitta mengutarakan keinginannya untuk menjadi orang biasa saja. Ame Tua itu kemudian menceritakan tentang Matu Lesso, penabur pasir yang memanggil hujan. Matu Lesso juga seperti Kitta, ingin hidup biasa saja. Seperti halnya Matu Lesso, kepada Kitta dipesankan bahwa dia hanya akan menyembuhkan tiga kali saja selama perjalanannya. Setelah itu dia harus menjadi orang biasa.

Dalam perjalanannya Kitta menyembuhkan seorang lelaki dengan elang yang melayang di atas kepalanya, seorang perempuan yang bersenandung aneh di dalam hutan mati, dan seorang pemuda berkulit merah yang terlahir sebagai iblis. Setelah menyembuhkan, Kitta mendapat pelajaran berharga dari masing-masing orang tersebut. Dan ketika dia berjumpa dengan seorang bayi yang selamat dari air bah, Kitta menolak “memulihkan” bayi itu. Kitta ingin jadi orang biasa. Tapi apakah bisa hanya menjadi orang biasa saja?

… kadang seorang diciptakan untuk menjadi orang tidak biasa…

Seperti Kitta, dalam hidup kita seringkali menyembunyikan kekurangan dan kelebihan kita. Kita ingin jadi orang biasa seperti kebanyakan orang lainnya. Tapi apa standar biasa itu? Tidak ada. Tuhan memberikan talenta pada masing-masing ciptaannya. Talenta itu diberikan karena alasan tertentu. Kembali lagi everything happen for a reason. Hal yang tidak biasa itu ada karena punya tujuan.  Bercermin dari perjalanan Kitta, saya menemukan bukan hanya bagaimana menerima hal yang tidak biasa dalam hidup kita. Tapi juga belajar tidak menghakimi orang lain dari penampilan luarnya.
Membaca kisah Kitta seperti berada dalam dunia fantasy tetapi nyata. Penggambaran lingkungan sekitar dengan budaya masyarakat Timur yang kental membuat saya menikmati buku ini seperti sedang melakukan perjalanan.  Satu hal yang saya suka dari buku ini adalah nama-nama tokohnya yang unik, dan membuat kisah ini menjadi kisah yang tidak biasa.


http://destybacabuku.wordpress.com/2013/02/02/147-miracle-journey/

Mencari Novel Perjalanan Menuju Cahaya

Menerima beberapa pesan yang menanyakan novel Perjalanan Menuju Cahaya. Novel ini memang merupakan novel yang punya hubungan kuat dengan Miracle Journey. Salah satu kisah dalam Perjalanan Menuju Cahaya merupakan cikal bakal novel Miracle Journey./ Novel ini terbit beberapa tahun lalu. Merupakan pemenang naskah penulisan novel inspiratif penerit andi.

Novelnya mungkin sudah sulit didapatkan di toko2 buku. Namun di beberapa toko online sepertinya masih tersedia. Bila tertarik bisa langsung klik di sini...

inibuku.com
http://inibuku.com/12589/perjalanan-menuju-cahaya.html

penerbit andi
http://andipublisher.com/produk-0902002890-perjalanan-menuju-cahaya.html

Jumat, 01 Februari 2013

Miracle Journey: Kisah Perjalanan Penuh Keajaiban Kitta Kafadaru, review Oky Septya


Judul: Miracle Journey: Kisah Perjalanan Penuh Keajaiban Kitta Kafadaru
Penulis: Yudhi Herwibowo 
Penerbit: Elex Media Komputindo
Hlm: 174
Tahun: 13 Januari 2013
Rated: 4/5
Harga: IDR 32800

Suatu ketika, dulu sekali, lahir Kitta Kafadaru yang berpunuk tepat saat badai debu melanda desa Kofa. Sejak itu pula Desa Kofa menjadi desa yang sangat indah dan subur di tanah Nusa Tenggara Timur.

Tangan-tangan bercahaya Kitta rupanya bisa menyembuhkan penyakit. Dengan hati yang peka, Kitta menolong banyak orang termasuk gadis jelita yang terkena luka bakar di wajahnya. Lalu ia jatuh cinta pada gadis itu. Sayang, cintanya di tolak. Kitta patah hati, ia malu lalu berkelanalah ia tanpa pamit.

Dalam pengembaraannya Kitta tidak menetapkan tujuan, ia hanya berkelana mengikuti kemana kakinya melangkah. Dalam perjalanan itu dia bertemu Ame Tua yang suka bercerita. Dari Ame Tua itu ia mendengar kisah-kisah menakjubkan.
 
Dari Ame Tua, ia mendengar kisah Si Penabur Pasir. Rupanya Si Penabur Pasir ini pun memiliki kisah hidup yang sama dengan Kitta. Si Penabur Pasir ini lebih dikenal sebagai Pemanggil Hujan. Dimana ia menabur pasirnya, maka hujan akan segera turun di tanah-tanah kering. Si Penabur Pasir mendedikasikan hidupnya untuk berjalan dari desa ke desa hingga suatu saat ia memutuskan berhenti. Si Penabur Pasir merasa lelah dan di akhir perjalanan ia hanya menabur pasir sebanyak tiga kali lalu mencoba sekuat tenaga hidup seperti orang biasa.

"Semua yang diciptakan tentu selalu ada tujuannya. Tapi tentu saja terkadang engkau boleh memilih. Kalau engkau tak ingin kelebihan yang diberikan kepadamu, tentu engkau bisa.. mengabaikannya, bukan?"

"Mengabaikan?"
 
"Ya, anggap saja engkau tak pernah punya kelebihan itu. Berlakulah seperti orang biasa." ~ p.41
 
Kitta terkesima, setelah berpisah dengan Ame Tua ia terus melangkah, bertemu berbagai macam kejadian dan keajaiban. Dalam perjalanan itu ia pun berniat untuk menjadi orang biasa seperti Si Penabur Pasir, mengikuti jejaknya untuk menyembuhkan 3 orang saja kemudian berusaha keras menjadi orang biasa.

***

Seperti biasa, tulisan Yudhi Herwibowo yang sedikit nyastra menggaungkan nuansa yang berbeda dibandingkan novel-novel Romance maupun Fantasy yang biasa saya baca. Gaya bahasanya yang khas ini membuat saya tidak ingin cepat-cepat menyelesaikan Kisah Perjalanan Penuh Keajaiban Kitta Kafadaru.
 
Belum lagi tema unik yang mengangkat mitos dari daerah timur Indonesia. Lumayan jarang saya jumpai dalam karya sastra populer Indonesia. Campuran mitos daerah NTT, sedikit fantasy dan perjalanan penuh keajaiban membuat novel ini terasa unik sekali. Belum lagi latar waktu yang nggak jelas menurut saya, serasa di bawa ke dunia dongeng.
 
Menurut saya mitos lokal yang diberi sedikit fantasy sudah nggak asing lagi terdengar di telinga kita. Banyak sekali keajaiban-keajaiban yang seirng kita dengar ya, terutama di tanah jawa yang kadang nggak masuk akal, tapi percaya nggak percaya buktinya nyata. Sama dengan kisah Kitta Kafadaru, meskipun latar tempatnya di Indonesia bagian timur, menurut saya kelebihan-kelebihan manusia ini terasa wajar saja, yang ghaib-ghaib gitu saya percaya benar-benar ada.
 
Saya senang banget ketika mendapat buku ini. Masih ingat jelas cerita pendek yang saya baca di Mata Air Air Mata Kumari tentang sebuah desa bernama desa Kofa dan keajaiban tangan bercahaya Kitta Kafadaru yang bikin saya gregetan. Saya kurang suka dengan kumcer karena nanggung banget dan sering bikin penasaran. Terutama kisah Kitta Kafadaru, saya penasaran dengan apa yang terjadi pada Kitta yang pergi dari desa itu serta apa yang terjadi pada desa Kofa setelah kepergiannya. Rupanya di ceritakan lebih lanjut dalam novel Miracle Journey ini.

Sepanjang perjalanan Kitta ia bertemu dengan beberapa cerita menakjubkan, seperti Anak Iblis berkulit merah yang kepergiannya membawa longsor ke seluruh desa. Tentang lelaki dengan burung elangnya, lalu pertemuannya dengan Perempuan wangi dan selalu dikelilingi kupu-kupu yang merindu air bah. Dalam perjalanannya Kitta berusaha menolong orang-orang tersebut sebelum ia menjadi orang biasa.

Sepanjang perjalanan itu pula Kitta juga bisa memetik nilai-nilai moral dalam setiap kisah. Bahwa seseorang tidak bisa memilih untuk terlahir seperti apa. Bahwa setiap orang sudah memiliki jalan hidupnya masing-masing, sehingga sekeras apapun kau berbelok kau tetap akan bertemu jalan itu lagi. Tapi, tentu kau juga bisa memilih untuk mengabaikannya.
 
Dalam pengembaraan, Kitta mulai membuka matanya, benarkah pilihannya untuk mengabaikan kemampuannya merupakan pilihan yang terbaik? Jika Tuhan mengizinkan Kitta hidup menjadi orang biasa seperti yang dilakukan Si Penabur Pasir, apakah ia akan menyesal atau justru merasa bahagia?

  "Tadi Ame sempat berkata, 'tubuhnya yang merah yang membuatnya tampak mengerikan. Bila tubuhnya berwarna seperti kita, tatapannya akan terasa biasa saja....'" ujar Kitta Kafadaru. "Lalu, apakah bila ... tubuh Bakar tak lagi berwarna merah seperti sekarang, Ame akan tetap menuduhnya melakukan semua kejahatan ini?" ~ p.116

 
Bagi Kita Kafadaru, ia menginginkan kehidupan biasa sebagai orang biasa. Ia memilih jalan menjadi orang biasa ketika satu persatu ia bersimpangan jalan dengan berbagai cerita kehidupan. Sebelum akhirnya Kitta menyadari bahwa selama ini apa yang ia inginkan belum tentu sesuai dengan apa yang memang sudah ditakdirkan untuknya.
 
Pilihan akan selalu menentukan apakah kita akan menerima takdir atau menetukan takdir sendiri. Sebenarnya saya sendiri merasa kehidupan kita nggak jauh beda dengan Kitta Kafadaru, apakah kita mau menerima diri kita apa adanya dan setelah itu menjalani takdir yang sudah ditentukan atau kita harus membuat pilihan untuk menemukan takdir yang kita inginkan?


http://www.facebook.com/notes/oky-septya/miracle-journey-kisah-perjalanan-penuh-keajaiban-kitta-kafadaru/10151329553977885

Miracle Journey – Kisah Perjalanan Penuh Keajaiban Kitta Kafadaru, review Alvina Ayuningtyas


Judul Buku : Miracle Journey – Kisah Perjalanan Penuh Keajaiban Kitta Kafadaru
Penulis : Yudhi Herwibowo
Penerbit : Elex Media Komputindo
Cetakan Pertama : Januari 2013
Tebal : 174 halaman, paperback
ISBN : 978-602-02-0379-9

Tak ada seorang bayi yang dilahirkan ke dunia dengan membawa semua hal yang ia ingini, begitupun dengan Kitta Kafadaru, seorang anak lelaki yang dilahirkan dengan punuk di punggungnya.

Tersebutlah di sebuah desa bernama Kofa, di utara kota Larantuka, Nusa Tenggara Timur dulu sekali pernah terjadi hujan debu yang kemudian menutupi Kofa hari itu. Desa itu memang merupakan desa yang gersang, hujan jarang turun di sana, tapi kemudian cuaca berubah drastis, Kofa berubah menjadi desa yang subur, begitu hijau dan hampir semua tanaman dapat mengakar. Di empat penjuru desa juga terdapat empat mata air yang selalu mengalir bahkan sampai membentuk danau kecil. Singkat kata, Kofa adalah oasis berharga di tengah daerah yang kering kerontang.

Di desa itulah Kitta Kafadaru dilahirkan dan dibesarkan, semula orang-orang sering mengejek keadaannya yang spesial, tapi lama kelamaan mereka merasa sungkan sendiri, karena mereka menyadari ada yang berbeda dengan Kitta. Ia memiliki kemampuan untuk menyembuhkan seseorang, sehingga banyak yang kemudian segan terhadapnya. Suatu hari, Kitta berhasil menyembuhkan seorang gadis yang berparas jelita dari luka bakar yang parah, dan Kitta jatuh cinta terhadap gadis itu. Tetapi sayang cintanya bertepuk sebelah tangan, sehingga Kitta kemudian melakukan perjalanan jauh mengembara meninggalkan desa tercintanya.

Di perjalanan, Kitta bertemu dengan banyak orang yang menceritakan banyak kisah terhadapnya. Ada seorang lelaki tua yang memiliki kisah-kisah ajaib,  lelaki dengan elang yang melayang di atas kepalanya, lalu ada perempuan bernama Tiana yang sering bersenandung misterius di hutan mati. Kitta juga bertemu dengan seorang lelaki yang mengisahkan tentang bencana desanya karena seorang anak Iblis, bertemu dengan perempuan yang merindukan air bah dan ia juga bertemu dengan Sang Legenda yang merupakan pemanggil hujan.

Dalam perjalanan itu Kitta berusaha menutupi kemampuannya dalam menyembuhkan seseorang, ia hanya ingin menjadi manusia biasa yang berkelana, tak lebih dari itu. Tapi kejadian demi kejadian selalu menggerakkan hati Kitta sehingga ia kemudian melunakkan keinginannya dari yang bertekad tidak akan menolong siapapun kemudian menjadi akan menolong tiga orang dalam perjalanannya kelak.

Mungkinkah dengan demikian Kitta akan berhasil menjadikan dirinya seperti manusia biasa lainnya? Atau memang keistimewaan yang ia miliki merupakan anugerah yang seharusnya ia syukuri bukan ia tutupi?

Kitta bagi saya seperti pencerminan dari manusia-manusia yang ada di dunia ini. Kita semua diberikan kelebihan meski mungkin ada sebagian orang yang kurang mensyukuri kelebihannya tersebut. Dengan membaca cerita Kitta, saya sebagai pembaca jadi lebih bersyukur atas apa yang Tuhan berikan kepada saya, alih alih meratapi kekurangan yang ada.

Saya seperti diajak berkelana bersama Kitta, dan bagian yang paling saya suka adalah ketika Kitta bertemu dengan lelaki tua yang memiliki kisah-kisah ajaib. Dan satu pesannya yang cukup berkesan bagi saya,

“Semua yang diciptakan tentu selalu ada tujuannya.”- Hal. 41

Dan sepertinya buku ini memang dibuat untuk tujuan yang lebih dari sekadar menceritakan perjalanan Kitta yang luar biasa, tapi untuk menyentuh hati pembacanya dengan cara yang tak biasa. Selamat membaca. :)


http://www.facebook.com/notes/alvina-ayuningtyas/miracle-journey-kisah-perjalanan-penuh-keajaiban-kitta-kafadaru/10151443227584458